BAB 3
Perkembangan Strategi dan
Perencanaan Pembangunan Ekonomi Indonesia
A. MACAM–MACAM STRATEGI PEMBANGUNAN INDONESIA
Salah
satu konsep penting yang perlu diperhatikan dalam mempelajari perekonomian
suatu negara adalah mengetahui tentang strategi pembangunan ekonomi. Beberapa
strategi pembangunan ekonomi yang dapat disampaikan adalah :
1.
Strategi Pertumbuhan
Strategi
pembangunan ekonomi suatu negara akan terpusat pada upaya pembentukan modal,
serta bagaimana menanamkannya secara seimbang, menyebar, terarah dan memusat,
sehingga dapat menimbulkan efek pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya bahwa
pertumbuhan ekonomi akan dinikmati oleh golongan lemah melalui proses merambat
ke bawah (trickle – down – effect ) pendistribusian kembali. Jika terjadi
ketimpangan atau ketidakmerataan hal tersebut merupakan syarat terciptanya pertumbuhan
ekonomi. Kritik paling keras dari strategi yang pertama ini adalah bahwa pada
kenyataan yang terjadi adalah ketimpangan yang semakin tajam.
2.
Strategi Pembangunan dengan Pemerataan
Inti
dari konsep strategi ini adalah dengan ditekankannya peningkatan pembangunan
melalui teknik sosial engineering, seperti halnya melalui penyusunan
perencanaan induk, dan paket program terpadu.
3. Strategi Ketergantungan
Tidak sempurnanya konsep strategi pertama dan kedua
mendorong para ahli ekonomi mencari alternatif lain sehingga pada tahun 1965
muncul strategi pembangunan dengan nama strategi ketergantungan. Inti dari
konsep strategi ketergantungan adalah :
- Kemiskinan di negara – negara berkembang lebih disebabkan karena adanya ketergantungan negara tersebut dari pihak atau negara lainnya.
- Teori ketergantungan ini kemudian dikritik oleh Kothari dengan mengatakan “Teori ketergantungan tersebut memang cukup relevan, namun sayangnya telah menjadi semacam dalih terhadap kenyataan dari kurangnya usaha untuk membangun masyarakat sendiri (Self Development).
4. Strategi yang Berwawasan Ruang
Strategi ini dikemukakan oleh Myrdall dan Hirschman,
yang mengemukakan sebab – sebab kurang mampunya daerah miskin berkembang
secepat daerah yang lebih kaya atau lebih maju. Menurut mereka, kurang mampunya
daerah miskin berkembang secepat daerah maju dikarenakan kemampuan atau
pengaruh pendistribusian dari kaya ke miskin (Spread Effects) lebih kecil
daripada terjadinya aliran sumber daya dari daerah miskin ke daerah kaya
(Back-wash-effects). Perbedaan pandangan kedua tokoh tersebut adalah, bahwa
Myrdall tidak percaya bahwa keseimbangan daerah kaya dan miskin akan tercapai.
Sedangkan Hirschman, mempercayai pandangan tersebut walaupun baru akan tercapai
dalam jangka panjang.
5. Strategi Pendekatan Kebutuhan Pokok
Sasaran dari strategi ini adalah menanggulangi
kemiskinan secara massal. Strategi ini selanjutnya dikembangkan oleh Organisasi
Perburuhan Sedunia (ILO) pada tahun 1975, dengan menekankan bahwa kebutuhan
pokok manusia tidak mungkin dapat dipenuhi jika pendapatan masih rendah akibat
kemiskinan yang bersumber pada pengangguran. Oleh karena itu sebaiknya
usaha-usaha diarahkan pada penciptaan lapangan kerja, peningkatan kebutuhan
pokok dan sejenisnya.
B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Strategi Pembangunan
Dalam melakukan pembangunan suatu negara atau bangsa
diperlukan strategi yang bagus untuk mencapai hasil yang memuaskan. Tetapi di
dalam strategi itu pasti ada faktor – faktor yang memperngaruhinya. Faktor –
faktor tersebut adalah :
- Sumber Daya Alam ( SDA ), adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi, jika SDA mencukupi dan dimanfaatkan sebaik-baiknya, pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara akan .
- Sumber Daya Manusia ( SDM ), merupakan salah satu faktor berikutnya yang sangat penting untuk pembangunan ekonomi, jika semakin baik SDM, maka akan semakin cepat jalannya suatu pembangunan.
- Tenaga Ahli, disini tenaga ahli bisa di samakan dengan SDM, tetapi tenaga ahli adalah SDM yang dilatih dan di didik sehingga lebih mempunyai skill dan keterampilan.
- Teknologi, merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pembangunan, karena penggunaan teknologi yang semakin canggih akan mempercepat pertumbuhan dan pembangunan suatu bangsa atau negara.
C. STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA
1. Mengembangkan koridor pembangunan ekonomi Indonesia
dengan cara membangun pusat-pusat perekonomian di setiap pulau. Selain
mengembangkan klaster industri berbasis sumber-sumber superior. Baik komoditas
maupun sektor. Koridor pembangunan ekonomi Indonesia terbagi dalam empat tahap
:
- Mengindentifikasikan pusat-pusat perekonomian, misalnya ibukota provinsi.
- Menentukan kebutuhan pengubung antara pusat ekonomi tersebut, seperti trafik barang.
- Validasi untuk memastikan sejalan dengan pembangunan nasional, yakni pengaturan area tempat tinggal dengan sistem infrastruktur serta fasilitas.
- Menentukan hubungan lokasi sektor fokus, guna menunjang fasilitas. Misalnya menghubungkan area pertambangan dengan kawasan pemrosesnya.
2. Memperkuat hubungan nasional baik secara lokal
maupun internasional. Hal ini bisa mengurangi biaya transaksi, menciptakan
sinergi antara pusat-pusat pertumbuhan dan menyadari perlunya akses-akses ke
sejumlah layanan. Seperti intra dan inter-konektivitas antara pusat pertumbuhan
serta pintu perdagangan dan pariwisata internasional. Integrasi ekonomi
merupakan hal terbaik untuk mencapai keuntungan langsung dari konsentrasi
produksi. Serta dalam jangka panjang, meningkatkan standar kehidupan. Saat ini,
aktivitas ekonomi Indonesia terpusat di kota-kota, khususnya Jawa dan Sumatra.
Fasilitas transportasi yang bisa menyebabkan area industri tak menjangkau
pelosok. Pada jangka pendek, proyek-proyek yang perlu dibangun di Jawa adalah
TransJawa, TransJabodetabek, kereta jalur dua, Tanjung Priok. Pembangunan
tersebut diharapkan bisa berdampak langsung mengurangi kemiskinan di Jawa yang
melebihi 20 juta jiwa, dua kali populasi miskin Sumatra yang sekitar tujuh juta
jiwa. Pembangunan infrastruktur di Jawa bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi.
3.
Mempercepat kapabilitas teknologi dan ilmu pengetahuan nasional atau Iptek.
Selain tiga strategi utama ini, juga ada beberapa strategi pendukung seperti
kebijakan investasi, perdagangan dan finansial. Beberapa elemen utama di sektor
Iptek adalah meningkatkan kualitas pendidikan termasuk pendidikan kejuruan
tinggi serta pelatihannya. Meningkatkan level kompetensi teknologi dan sumber
daya ahli. Peningkatan aktivitas riset dan pengembangan, baik pemerintah maupun
swasta, dengan memberikan insentif serta menaikkan anggaran. Kemudian
mengembangkan sistem inovasi nasional, termasuk pembiayaannya. Saat ini,
masalah utama yang dihadapi adalah kemampuan riset dan pengembangan yang
digunakan untuk mencari solusi teknologi. Kemampuan pengguna untuk menyerap
teknologi yang ada. Serta transaksi antara riset dan pengembangan sebagai
pemasok solusi teknologi dengan penggunanya tak terbangun dengan baik.
D. PERENCANAAN PEMBANGUNAN
1.
Manfaat Perencanaan Pembangunan
Fungsi
atau manfaat perencanaan yaitu, sebagai penuntun arah, minimalisasi
ketidakpastian, minimalisasi inefisiensi sumber daya, dan penetapan standar
dalam pengawasan kualitas. Adapun syarat perencanaan harus memiliki,
mengetahui, dan memperhitungkan:
- Tujuan akhir yang dikehendaki.
- Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya (yang mencerminkan pemilihan dari berbagai alternatif).
- Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut.
- Masalah-masalah yang dihadapi.
- Modal atau sumber daya yang akan digunakan serta pengalokasiannya.
- Kebijakan – kebijakan untuk melaksanakannya.
- Individu, organisasi, atau badan pelaksananya.
- Mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan pelaksanaannya.
2. Periode Perencanaan Pembangunan
Perjalanan dokumen perencanaan pembangunan nasional
sebagai kompas pembangunan sebuah bangsa, perkembangannya secara garis besar
dapat dilihat dalam beberapa periode yakni :
- Dokumen Perencanaan Periode 1958-1967
Pada masa pemerintahan presiden Soekarno (Orde Lama)
antara tahun 1959-1967, MPR Sementara (MPRS) menetapkan sedikitnya tiga
ketetapan yang menjadi dasar perencanaan nasional yaitu TAP MPRS No.I/MPRS/1960
tentang Manifesto Politik republik Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan
Negara, TAP MPRS No.II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan
Nasional Semesta Berencana 1961-1969, dan Ketetapan MPRS No.IV/MPRS/1963
tentang Pedoman-Pedoman Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan
Pembangunan.
- Dokumen Perencanaan Periode 1968-1998
Landasan bagi perencanaan pembangunan nasional periode
1968-1998 adalah ketetapan MPR dalam bentuk GBHN. GBHN menjadi landasan hukum
perencanaan pembangunan bagi presiden untuk menjabarkannya dalam bentuk Rencana
Pembangunan Lima Tahunan (Repelita), proses penyusunannya sangat sentralistik
dan bersifat Top-Down, adapun lembaga pembuat perencanaan sangat didominasi
oleh pemerintah pusat dan bersifat ekslusif. Pemerintah Daerah dan masyarakat
sebagai subjek utama out-put perencanaan kurang dilibatkan secara aktif.
Perencanaan dibuat secara seragam, daerah harus mengacu kepada perencanaan yang
dibuat oleh pemerintah pusat walaupun banyak kebijakan tersebut tidak bisa
dilaksanakan di daerah. Akibatnya mematikan inovasi dan kreatifitas daerah
dalam memajukan dan mensejahterakan masyarakatnya. Distribusi anggaran negara
ibarat piramida terbalik, sedangkan komposisi masyarakat sebagai penikmat
anggaran adalah piramida seutuhnya.
- Dokumen Perencanaan Periode 1998-2000
Pada periode ini yang melahirkan perubahan dramatis
dan strategis dalam perjalanan bagsa Indonesia yang disebut dengan momentum
reformasi, juga membawa konsekuensi besar dalam proses penyusunan perencanaan
pembangunan nasional, sehingga di periode ini boleh dikatakan tidak ada dokumen
perencanaan pembangunan nasional yang dapat dijadikan pegangan dalam
pembangunan bangsa, bahkan sewaktu pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid
terbersit wacana dan isu menyangkut pembubaran lembaga Perencanaan Pembangunan
Nasional, karena diasumsikan lembaga tersebut tidak efisien dan efektif lagi
dalam konteks reformasi.
- Dokumen Perencanaan Periode 2000-2004
Pada
sidang umum tahun 1999, MPR mengesahkan Ketetapan No.IV/MPR/1999 tentang
Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004. Berbeda dengan GBHN-GBHN
sebelumnya, pada GBHN tahun 1999-2004 ini MPR menugaskan Presiden dan DPR untuk
bersama-sama menjabarkannya dalam bentuk Program Pembangunan Nasional
(Propenas) dan Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) yang memuat APBN, sebagai
realisasi ketetapan tersebut, Presiden dan DPR bersama-sama membentuk
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
2000-2004. Propenas menjadi acuan bagi penyusunan rencana pembangunan tahunan
(Repeta), yang ditetapkan tiap tahunnya sebagai bagian Undang-Undang tentang
APBN. sedangkan Propeda menjadi acuan bagi penyusunan Rencana Pembangunan
Tahunan Daerah (Repetada). A. MACAM–MACAM STRATEGI PEMBANGUNAN INDONESIA
Salah
satu konsep penting yang perlu diperhatikan dalam mempelajari perekonomian
suatu negara adalah mengetahui tentang strategi pembangunan ekonomi. Beberapa
strategi pembangunan ekonomi yang dapat disampaikan adalah :
1.
Strategi Pertumbuhan
Strategi
pembangunan ekonomi suatu negara akan terpusat pada upaya pembentukan modal,
serta bagaimana menanamkannya secara seimbang, menyebar, terarah dan memusat,
sehingga dapat menimbulkan efek pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya bahwa
pertumbuhan ekonomi akan dinikmati oleh golongan lemah melalui proses merambat
ke bawah (trickle – down – effect ) pendistribusian kembali. Jika terjadi
ketimpangan atau ketidakmerataan hal tersebut merupakan syarat terciptanya pertumbuhan
ekonomi. Kritik paling keras dari strategi yang pertama ini adalah bahwa pada
kenyataan yang terjadi adalah ketimpangan yang semakin tajam.
2.
Strategi Pembangunan dengan Pemerataan
Inti
dari konsep strategi ini adalah dengan ditekankannya peningkatan pembangunan
melalui teknik sosial engineering, seperti halnya melalui penyusunan
perencanaan induk, dan paket program terpadu.
3. Strategi Ketergantungan
Tidak sempurnanya konsep strategi pertama dan kedua
mendorong para ahli ekonomi mencari alternatif lain sehingga pada tahun 1965
muncul strategi pembangunan dengan nama strategi ketergantungan. Inti dari
konsep strategi ketergantungan adalah :
- Kemiskinan di negara – negara berkembang lebih disebabkan karena adanya ketergantungan negara tersebut dari pihak atau negara lainnya.
- Teori ketergantungan ini kemudian dikritik oleh Kothari dengan mengatakan “Teori ketergantungan tersebut memang cukup relevan, namun sayangnya telah menjadi semacam dalih terhadap kenyataan dari kurangnya usaha untuk membangun masyarakat sendiri (Self Development).
4. Strategi yang Berwawasan Ruang
Strategi ini dikemukakan oleh Myrdall dan Hirschman,
yang mengemukakan sebab – sebab kurang mampunya daerah miskin berkembang
secepat daerah yang lebih kaya atau lebih maju. Menurut mereka, kurang mampunya
daerah miskin berkembang secepat daerah maju dikarenakan kemampuan atau
pengaruh pendistribusian dari kaya ke miskin (Spread Effects) lebih kecil
daripada terjadinya aliran sumber daya dari daerah miskin ke daerah kaya
(Back-wash-effects). Perbedaan pandangan kedua tokoh tersebut adalah, bahwa
Myrdall tidak percaya bahwa keseimbangan daerah kaya dan miskin akan tercapai.
Sedangkan Hirschman, mempercayai pandangan tersebut walaupun baru akan tercapai
dalam jangka panjang.
5. Strategi Pendekatan Kebutuhan Pokok
Sasaran dari strategi ini adalah menanggulangi
kemiskinan secara massal. Strategi ini selanjutnya dikembangkan oleh Organisasi
Perburuhan Sedunia (ILO) pada tahun 1975, dengan menekankan bahwa kebutuhan
pokok manusia tidak mungkin dapat dipenuhi jika pendapatan masih rendah akibat
kemiskinan yang bersumber pada pengangguran. Oleh karena itu sebaiknya
usaha-usaha diarahkan pada penciptaan lapangan kerja, peningkatan kebutuhan
pokok dan sejenisnya.
B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Strategi Pembangunan
Dalam melakukan pembangunan suatu negara atau bangsa
diperlukan strategi yang bagus untuk mencapai hasil yang memuaskan. Tetapi di
dalam strategi itu pasti ada faktor – faktor yang memperngaruhinya. Faktor –
faktor tersebut adalah :
- Sumber Daya Alam ( SDA ), adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi, jika SDA mencukupi dan dimanfaatkan sebaik-baiknya, pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara akan .
- Sumber Daya Manusia ( SDM ), merupakan salah satu faktor berikutnya yang sangat penting untuk pembangunan ekonomi, jika semakin baik SDM, maka akan semakin cepat jalannya suatu pembangunan.
- Tenaga Ahli, disini tenaga ahli bisa di samakan dengan SDM, tetapi tenaga ahli adalah SDM yang dilatih dan di didik sehingga lebih mempunyai skill dan keterampilan.
- Teknologi, merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pembangunan, karena penggunaan teknologi yang semakin canggih akan mempercepat pertumbuhan dan pembangunan suatu bangsa atau negara.
C. STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA
1. Mengembangkan koridor pembangunan ekonomi Indonesia
dengan cara membangun pusat-pusat perekonomian di setiap pulau. Selain
mengembangkan klaster industri berbasis sumber-sumber superior. Baik komoditas
maupun sektor. Koridor pembangunan ekonomi Indonesia terbagi dalam empat tahap
:
- Mengindentifikasikan pusat-pusat perekonomian, misalnya ibukota provinsi.
- Menentukan kebutuhan pengubung antara pusat ekonomi tersebut, seperti trafik barang.
- Validasi untuk memastikan sejalan dengan pembangunan nasional, yakni pengaturan area tempat tinggal dengan sistem infrastruktur serta fasilitas.
- Menentukan hubungan lokasi sektor fokus, guna menunjang fasilitas. Misalnya menghubungkan area pertambangan dengan kawasan pemrosesnya.
2. Memperkuat hubungan nasional baik secara lokal
maupun internasional. Hal ini bisa mengurangi biaya transaksi, menciptakan
sinergi antara pusat-pusat pertumbuhan dan menyadari perlunya akses-akses ke
sejumlah layanan. Seperti intra dan inter-konektivitas antara pusat pertumbuhan
serta pintu perdagangan dan pariwisata internasional. Integrasi ekonomi
merupakan hal terbaik untuk mencapai keuntungan langsung dari konsentrasi
produksi. Serta dalam jangka panjang, meningkatkan standar kehidupan. Saat ini,
aktivitas ekonomi Indonesia terpusat di kota-kota, khususnya Jawa dan Sumatra.
Fasilitas transportasi yang bisa menyebabkan area industri tak menjangkau
pelosok. Pada jangka pendek, proyek-proyek yang perlu dibangun di Jawa adalah
TransJawa, TransJabodetabek, kereta jalur dua, Tanjung Priok. Pembangunan
tersebut diharapkan bisa berdampak langsung mengurangi kemiskinan di Jawa yang
melebihi 20 juta jiwa, dua kali populasi miskin Sumatra yang sekitar tujuh juta
jiwa. Pembangunan infrastruktur di Jawa bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi.
3.
Mempercepat kapabilitas teknologi dan ilmu pengetahuan nasional atau Iptek.
Selain tiga strategi utama ini, juga ada beberapa strategi pendukung seperti
kebijakan investasi, perdagangan dan finansial. Beberapa elemen utama di sektor
Iptek adalah meningkatkan kualitas pendidikan termasuk pendidikan kejuruan
tinggi serta pelatihannya. Meningkatkan level kompetensi teknologi dan sumber
daya ahli. Peningkatan aktivitas riset dan pengembangan, baik pemerintah maupun
swasta, dengan memberikan insentif serta menaikkan anggaran. Kemudian
mengembangkan sistem inovasi nasional, termasuk pembiayaannya. Saat ini,
masalah utama yang dihadapi adalah kemampuan riset dan pengembangan yang
digunakan untuk mencari solusi teknologi. Kemampuan pengguna untuk menyerap
teknologi yang ada. Serta transaksi antara riset dan pengembangan sebagai
pemasok solusi teknologi dengan penggunanya tak terbangun dengan baik.
D. PERENCANAAN PEMBANGUNAN
1.
Manfaat Perencanaan Pembangunan
Fungsi
atau manfaat perencanaan yaitu, sebagai penuntun arah, minimalisasi
ketidakpastian, minimalisasi inefisiensi sumber daya, dan penetapan standar
dalam pengawasan kualitas. Adapun syarat perencanaan harus memiliki,
mengetahui, dan memperhitungkan:
- Tujuan akhir yang dikehendaki.
- Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya (yang mencerminkan pemilihan dari berbagai alternatif).
- Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut.
- Masalah-masalah yang dihadapi.
- Modal atau sumber daya yang akan digunakan serta pengalokasiannya.
- Kebijakan – kebijakan untuk melaksanakannya.
- Individu, organisasi, atau badan pelaksananya.
- Mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan pelaksanaannya.
2. Periode Perencanaan Pembangunan
Perjalanan dokumen perencanaan pembangunan nasional
sebagai kompas pembangunan sebuah bangsa, perkembangannya secara garis besar
dapat dilihat dalam beberapa periode yakni :
- Dokumen Perencanaan Periode 1958-1967
Pada masa pemerintahan presiden Soekarno (Orde Lama)
antara tahun 1959-1967, MPR Sementara (MPRS) menetapkan sedikitnya tiga
ketetapan yang menjadi dasar perencanaan nasional yaitu TAP MPRS No.I/MPRS/1960
tentang Manifesto Politik republik Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan
Negara, TAP MPRS No.II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan
Nasional Semesta Berencana 1961-1969, dan Ketetapan MPRS No.IV/MPRS/1963
tentang Pedoman-Pedoman Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan
Pembangunan.
- Dokumen Perencanaan Periode 1968-1998
Landasan bagi perencanaan pembangunan nasional periode
1968-1998 adalah ketetapan MPR dalam bentuk GBHN. GBHN menjadi landasan hukum
perencanaan pembangunan bagi presiden untuk menjabarkannya dalam bentuk Rencana
Pembangunan Lima Tahunan (Repelita), proses penyusunannya sangat sentralistik
dan bersifat Top-Down, adapun lembaga pembuat perencanaan sangat didominasi
oleh pemerintah pusat dan bersifat ekslusif. Pemerintah Daerah dan masyarakat
sebagai subjek utama out-put perencanaan kurang dilibatkan secara aktif.
Perencanaan dibuat secara seragam, daerah harus mengacu kepada perencanaan yang
dibuat oleh pemerintah pusat walaupun banyak kebijakan tersebut tidak bisa
dilaksanakan di daerah. Akibatnya mematikan inovasi dan kreatifitas daerah
dalam memajukan dan mensejahterakan masyarakatnya. Distribusi anggaran negara
ibarat piramida terbalik, sedangkan komposisi masyarakat sebagai penikmat
anggaran adalah piramida seutuhnya.
- Dokumen Perencanaan Periode 1998-2000
Pada periode ini yang melahirkan perubahan dramatis
dan strategis dalam perjalanan bagsa Indonesia yang disebut dengan momentum
reformasi, juga membawa konsekuensi besar dalam proses penyusunan perencanaan
pembangunan nasional, sehingga di periode ini boleh dikatakan tidak ada dokumen
perencanaan pembangunan nasional yang dapat dijadikan pegangan dalam
pembangunan bangsa, bahkan sewaktu pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid
terbersit wacana dan isu menyangkut pembubaran lembaga Perencanaan Pembangunan
Nasional, karena diasumsikan lembaga tersebut tidak efisien dan efektif lagi
dalam konteks reformasi.
- Dokumen Perencanaan Periode 2000-2004
Pada sidang umum tahun 1999, MPR mengesahkan Ketetapan
No.IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004. Berbeda
dengan GBHN-GBHN sebelumnya, pada GBHN tahun 1999-2004 ini MPR menugaskan
Presiden dan DPR untuk bersama-sama menjabarkannya dalam bentuk Program
Pembangunan Nasional (Propenas) dan Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) yang
memuat APBN, sebagai realisasi ketetapan tersebut, Presiden dan DPR
bersama-sama membentuk Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional 2000-2004. Propenas menjadi acuan bagi penyusunan rencana
pembangunan tahunan (Repeta), yang ditetapkan tiap tahunnya sebagai bagian Undang-Undang
tentang APBN. sedangkan Propeda menjadi acuan bagi penyusunan Rencana
Pembangunan Tahunan Daerah (Repetada)
Sumber :
(DIGITAL //
BOOKS) TAHUN AJARAN ATA// TINGKAT 1 UNIVERSITAS GUNADARMA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar